Jumat, 31 Desember 2010

Mau Dibawa Ke Mana Anak Muda Bangsa Dan Bahasa Indonesia Oleh Telkomsel?

Mau Dibawa Ke Mana Anak Muda Bangsa Dan Bahasa Indonesia Oleh Telkomsel? Operator (Yang Katanya) Terbesar Ini Sangatlah Lebay Karena Meluncurkan Layanan SMS @L4Y

Posted: 21 November 2010 by JJ in General, Lifestyle, Ulink
Tags: , , , , , ,
 
i
 
Rate This
Quantcast
Lebay. Entah dari mana asalnya tapi kata ini akhir-akhir ini menjadi sangat populer. Lebay artinya kurang lebih “berlebihan” atau “terlalu berlebihan“, biasanya dipakai untuk menggambarkan sifat seseorang yang dalam tindak-tanduk maupun perkataannya sangat berlebihan. Sebagai ekses dari perilaku lebay, muncullah sebuah komunitas yang menamakan dirinya sebagai “Anak Lebay” atau disingkat menjadi “Alay“.
Kepanjangan dari Alay sebenarnya bermacam-macam, selain Anak Lebay, Alay bisa juga berarti Anak Layangan, Anak Layu, atau Anak keLayapan. Istilah Alay ini pada umumnya untuk menggambarkan anak-anak yang sok keren secara fashion, karya, maupun kelakuan secara umum.
Definis Alay dari para ahli bahasa di antaranya:
Koentjara Ningrat:
“Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: pengguna internet sejati). Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.”
Selo Soemaridjan:
“Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat di antara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu.”
Pengertian Alay di atas saya kutip dari sebuah artikel di Rileks.com, yaitu: Apa Sih Itu ALAY? Ini Dia Jawabanya!.
Salah satu ciri khas anak Alay adalah gaya tulisannya. Tulisan ala Alay punya ciri-ciri berikut:
  • Menggunakan angka sebagai pengganti huruf vocal (4=A/a, 3= E/e, dll.)
  • Membuat istilah baru untuk banyak kata (Muupz = Maaf, dll.)
  • Kata “baru” tersebut bisa disingkat menjadi sesingkat-singkatnya (contoh: W = Gua, G = Gua/Gue, dll.), tapi bisa jadi dibuat lebih panjang dari kata aslinya (Dweh/Dech = Deh, Imoetz = Imut, Kamuwh = Kamu)
Intinya, kalau orang non-alay membaca tulisan alay, dijamin bacanya lama dan bakal pusing tujuh keliling. Selain merusak bahasa (Indonesia), tulisan gaya alay juga merusak mata dan membangkitkan emosi yang dapat berujung pada meningkatnya tekanan darah atau darah tinggi. Berbahaya bukan?
Nah, pada saat saya membaca sebuah informasi di sebuah forum bahwa Telkomsel, operator telekomunikasi selular GSM yang katanya terbesar di Indonesia, meluncurkan layanan SMS @L4Y (tulisannya saja sudah dibuat gaya alay), maka timbullah pertanyaan dalam hati saya seperti judul tulisan ini: “mau dibawa ke mana anak muda bangsa dan bahasa Indonesia oleh Telkomsel? Operator (yang katanya) terbesar ini sangatlah lebay karena meluncurkan layanan SMS @L4Y”.
Dengan diluncurkannya layanan ini, bahasa Alay bisa jadi akan semakin berkembang, karena para alay semakin dimudahkan dan diberi fasilitas. Telkomsel mengatasnamakan istilah “Gaul” untuk mempromosikan produk barunya ini. Dengan kata lain Telkomsel memberi pesan kepada para anak muda Indonesia bahwa jika ingin disebut “gaul”, jadilah anak alay dengan selalu menggunakan bahasa alay dalam setiap pengiriman SMS pada siapapun. Bukan tidak mungkin operator lain nantinya akan meniru kiprah Telkomsel yang satu ini.
Jika bahasa alay semakin berkembang, maka Telkomsel bisa dijadikan sebagai salah satu penyebab bahasa Indonesia semakin rusak, anak-anak muda Indonesia semakin alay, dan banyak orang tua yang pusing karena kesulitan dan kelelahan membaca SMS dari anak-anaknya yang alay.
Kreativitas yang kebablasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar